Aleppo – Di bulan Ramadhan 1433 Hijriah ini kita patut bersyukur
dapat menjalankan ibadah puasa dan sholat serta kewajiban lainnya. Lantas
bagaimana dengan saudara dan saudari Muslim di Suriah kota Aleppo, Pemerintah
Suriah menerjunkan pasukannya yang semakin beringas membombardir kota dengan
persenjataan berat tanpa perduli perintah menjalankan ibadah puasa di bulan
suci Ramadhan ini.
Dari data yang diambil dari kantor berita asing, pada Sabtu
(28/7) kemarin pasukan dengan persenjataan berat menghantam pusat kota Aleppo,
peluru tajam berhamburan di jalan utama kota dari tank-tank para pasukan
tentara yang menyerang secara brutal penduduknya sendiri.
Pengamat Hak-hak asasi Suriah (SOHR) yang berbasis di Inggris
mengatakan Tentara Suriah seolah ditumpahkan ke barat daya kota Aleppo kemarin.
Pertempuran sengit yang terjadi itu, menurut aktivis SOHR Rami Abdel Rahman
kepada AFP, “perlawanan baru dimulai” oleh para pemberontak. SOHR melaporkan
komandan pemberontak menjadi salah satu korban yang tertembak pada pertempuran
di hari itu. Juga dilaporkan 10 orang tentara Suriah menemui ajal dan puluhan
lainnya terluka.
Komiter Umum Revolusi Suriah, salah satu kelompok aktivis anti
pemerintah Suriah, melaporkan bahwa tentara mengoyak kota Salahudin dengan
persenjataan berat saat mereka merangsek masuk kawasan berpenduduk, yang
dikuasai para pemberontak sejak mereka menguasai Aleppo pada 20 Juli.
Tank, helikopter dan pesawat tempur dikerahkan sejak dua hari
yang lalu menembaki permukiman penduduk di kota bisnis yang dihuni 2,5 juta
warga itu. Di pedesaan sekitar Aleppo, perimbangan kekuatan berubah cepat. Al
Jazeera mengabarkan di Provinsi Aleppo, tentara pemberontak menguasai kota
Al-Bab, sementara tentara pemerintah lari tunggang langgang.
Kantor berita pemerintah Suriah mengabarkan pertempuran antara
pasukan pemerintah dan pemberontak bersenjata di Aleppo dan Latakia menewaskan
dan berhasil menahan para pemberontak, meskipun tak dijelaskan berapa orang
yang mengalami nasib nahas.
Rusia pada hari Sabtu mengatakan “tragedy” tengah terjadi di
Aleppo, namun tentara pemerintah tak bisa berpangku tangan membiarkan para
pemberontak bersenjata menduduki kota-kota penting.
Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan : “tekanan berada di pundak
masing-masing pihak yang bertempur,” namun ia juga mengingatkan dukungan
internasional untuk para pemberontak malah memicu pertumpahan darah.
Sementara itu Perdana Menteri Inggris David Cameron, Jumat
kemarin mengatakan ketakutannya terhadap keganasan pasukan pemerintah Suriah
bakal melakukan tindakan brutal di Aleppo. Cameron mengutuk serangan biadab
pasukan Bashar al-Assad yang “sama sekali tak bisa diterima”.
“Rezim ini perlu menyadari bahwa serangan ini melanggar hukum,
salah dan perlu dihentikan,” ujar Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di
London. Ia menyatakan perkembangan di Suriah “sangat berbahaya”, karena
pemerintah Suriah “membantai rakyatnya sendiri”.
Amerika Serikat juga menunjukkan keprihatinannya mengenai
pertempuran terakhir yang pecah di Aleppo dan sekitarnya. Juru bicara Gedung
Putih Jay Carney, Jumat kemarin mengutuk serangan pasukan Bashar al-Assad
terhadap warga sipil.
Meskipun keprihatinan AS mendalam, namun pemerintah Obama belum
meminta melakukan intervensi militer. Palang Merah Internasional mengalihkan
stafnya dari Damaskus ke Lebanon karena situasi yang memburuk di Aleppo.
Sementara itu pertikaian sektarian kini juga melanda Lebanon,
tetangga Suriah, antara kubu Islam bermazhab Sunni dan musuh bebuyutannya Islam
Alawite. Delapan orang Sunni terluka di kota yang bernama Tripoli. (Dari
kantor-kantor berita asing Ini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar