Republika – Sab, 11 Agu 2012
REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Amerika Barack Obama memperingati
bulan suci Ramadhan dengan mengadakan jamuan iftar atau buka puasa bersama hari
Jumat malam di Gedung Putih.
Suasana berbuka bersama di Gedung Putih, 10 Agustus 2012 lalu.
REUTERS/Yuri Gripas (UNITED STATES - Tags: POLITICS …
Acara yang akan diadakan di Ruang Makan Malam Kenegaraan itu
akan menjadi iftar keempat yang digelar oleh Obama.
Ini melanjutkan tradisi penyelenggaraan iftar tahunan yang
dimulai sejak pemerintahan Bill Clinton dan dilanjutkan oleh Presiden George W.
Bush.
Tamu undangan termasuk pejabat pemerintahan, pemuka agama dan
pemimpin akar-rumput dalam komunitas Muslim Amerika dan pemimpin dari berbagai
macam keyakinan dan anggota korps diplomatik.
Pada awal bulan Ramadhan lalu, Presiden Obama juga mengucapkan
selamat Ramadhan kepada selarah umat muslim di dunia.
Presiden Obama mengatakan, "Atas nama bangsa Amerika,
Michelle dan saya sendiri – saya menyampaikan ucapan selamat yang
sehangat-hangatnya kepada segenap Muslim Amerika dan Muslim di seluruh dunia
dalam menjalani bulan suci Ramadhan. Bagi Muslim, Ramadhan adalah saat untuk
berpuasa, berdoa, dan merenung; saat untuk bergembira dan berpesta. Waktunya
untuk menghargai keluarga, sahabat, dan tetangga serta menolong yang membutuhkan."
Presiden Obama juga menambahkan, "Di Amerika, Ramadhan
mengingatkan kita bahwa Islam adalah bagian dari bangsa kita, dan dari layanan
publik ke bisnis, dari layanan kesehatan dan sains ke seni – Muslim Amerika
turut memperkuat negara dan memperkaya kehidupan kita."
Subhanallah Islam Berkembang Pesat Di Eropa dan Amerika
JAKARTA, Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya
di Eropa dan Amerika. Islam kini makin
mendapat tempat di hati masyarakat Eropa dan Amerika. Sejak menyebarnya Islam
ke Eropa pada abad ke-7 Masehi melalui Andalusia (Spanyol) oleh pasukan Thariq
bin Ziyad, panglima tentara dari Dinasti Bani Umayyah, benua putih dan biru itu
seakan menjadi lahan subur penyebaran dakwah dan syiar Islam.
Dalam 30 tahun terakhir, jumlah kaum Muslimin di seluruh dunia
telah meningkat pesat. Sebuah angka statistik menunjukkan, pada tahun 1973
penduduk Muslim dunia sekitar 500 juta jiwa. Namun, saat ini jumlahnya naik
sekitar 300 persen menjadi 1,57 miliar jiwa. Tercatat, satu dari empat penduduk
dunia beragama Islam.
Data ini diungkapkan oleh Pew Research Center, sebuah kelompok
pencari fakta Amerika yang menyediakan informasi mengenai isu, sikap, dan tren
yang membentuk Amerika dan dunia melalui sebuah jajak pendapat publik. Dalam
studinya yang berjudul "Memetakan Populasi Muslim Global: Sebuah Laporan
Tentang Jumlah dan Distribusi Populasi Muslim Dunia", kelompok ini
mengindikasikan bahwa seperlima kaum Muslim (300 juta) tinggal di negara-negara
non-Muslim.
Hasil studi yang dirilis akhir tahun lalu ini juga menemukan
bahwa Eropa memiliki sedikitnya 38 juta Muslim yang membentuk lima persen dari
total populasi benua tersebut. Sebagian besar terkonsentrasi di Eropa Tengah
dan Timur. Rusia memiliki lebih dari 16 juta Muslim, dan terbesar di Eropa.
Menurut studi tersebut, Jerman memiliki pemeluk Muslim sebanyak 4,5 juta,
Prancis sebesar 3,5 juta jiwa, Inggris sekitar dua juta orang, dan Italia
sebanyak 1,3 juta jiwa.
Sisanya tersebar di beberapa negara Eropa lainnya seperti
Portugal, Swedia, Belanda, Swiss, Belgia, dan lainnya. Namun demikian, jumlah ini
diperkirakan bertambah lagi. Sebab, sebuah hasil studi di Rusia menyebutkan,
jumlah pemeluk Islam di negara Beruang Merah tersebut mencapai 25 juta jiwa
dari total populasi yang mencapai 145 juta jiwa.
Studi tersebut mengatakan bahwa hampir 46 juta Muslim berada di
benua Amerika. Di negara super power, Amerika Serikat, agama Islam dipeluk oleh
sekitar 2,5 juta orang. Sementara itu, di Kanada jumlah pemeluk Islam mencapai
700 ribu orang. Tak jauh berbeda dengan Argentina. Umat Islam di negara Tango
itu mencapai 800 ribu orang, dan merupakan pemeluk Islam terbesar di Amerika
Selatan. Sementara itu, di Suriname, pemeluk Islam mencapai 16 persen dari
total penduduknya, dan menjadi populasi Muslim terbesar di benua Amerika.
Data yang disampaikan oleh pihak Pew Research Center mengenai
populasi Muslim di Barat, terutama di Eropa dan AS itu bertolak belakang dengan
perhitungan yang biasanya dilaporkan oleh organisasi-organisasi Muslim di
kawasan-kawasan tersebut. Muslim di AS, misalnya, secara umum diyakini berjumlah
lebih dari tujuh juta sementara Prancis lebih dari enam juta.
Faktor pemicu
Peningkatan umat Islam yang demikian pesat itu, bukan saja
karena disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di negara-negara Muslim,
tapi juga bertambah jumlah orang-orang yang memeluk Islam (mualaf). Hal ini
merupakan suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap
World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Ketertarikan secara
alamiah dan rasa ingin tahu yang mendalam, telah mendorong peningkatan jumlah
warga dunia yang berpaling kepada Islam.
''Alhamdulillah, kondisi umat Islam di AS baik-baik saja. Umat
Islam terus bertambah banyak di sini, baik sebelum maupun sesudah peristiwa 11
September 2001,'' ujar Mohammad Kudaimi, anggota Nawawi Foundation, sebuah
lembaga pendidikan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS).
Menurut pria keturunan Suriah ini, dalam lima tahun terakhir
ini, agama Islam menjadi agama yang paling cepat perkembangannya di bandingkan
dengan agama lainnya. Ia mengatakan, setiap harinya selalu ada warga negara
non-Muslim AS yang memeluk Islam. Kondisi serupa juga terjadi benua Eropa dan
kawasan Amerika lainnya. Menurut laporan surat kabar Times, setelah peristiwa
11 September, agama Islam mendapatkan perhatian besar dari kalangan warga kulit
putih Inggris yang berekonomi kuat dan berpendidikan. Peristiwa itu, bukannya
membuat makin besar stigma negatif, tetapi makin menambah jumlah anak-anak muda
dan peneliti yang termotivasi untuk mempelajari Islam. Bahkan, mereka makin
tertarik dan Akhirnya memeluk Islam.
Di Belgia, agama Islam terus menunjukkan eksistensi yang semakin
kuat, walaupun kebencian terhadap umat Islam, sudah tak lagi sebatas retorika,
kebijakan, atau kecaman, melainkan mengarah pada kebencian dan Islamophobia. Di
negara berpenduduk 10 juta jiwa itu kini menjadi tempat bermukim sekitar
628.751 umat Muslim, atau enam persen dari populasi.
Jumlah pemeluk Islam yang terus berkembang, menyebabkan
perubahan secara demografi. Di banyak wilayah, penduduk Muslim sudah lebih
banyak ketimbang pemeluk Kristen Protestan dan Yahudi. Majalah terkemuka
L'Express dalam sebuah artikelnya, bahkan berani memprediksikan bahwa dalam 20
tahun ke depan, Islam bisa menjadi agama dominan di ibu kota Brussel, Belgia.
Para sosiolog di Belgia mencatat, pada awal tahun 2000, jumlah
umat Muslim di kota itu mencapai 17 persen dari populasi. Tapi di tahun 2008,
menurut Oivier Servais, dari Laboratory for Prospective Anthropology di UCL,
angkanya sudah mencapai 33,5 persen dari populasi, naik hampir dua kali lipat.
Di kota ini, sebanyak 33,5 persen penduduknya atau sekitar 350 ribu orang dari
1,1 juta jiwa, memeluk Islam. Subhanallah.
Sumber Republika.Co.Id