Minggu, 12 Agustus 2012

Beginilah Suasana Buka Puasa Bersama Obama di Gedung Putih



Republika – Sab, 11 Agu 2012
REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Amerika Barack Obama memperingati bulan suci Ramadhan dengan mengadakan jamuan iftar atau buka puasa bersama hari Jumat malam di Gedung Putih.


Suasana berbuka bersama di Gedung Putih, 10 Agustus 2012 lalu. REUTERS/Yuri Gripas (UNITED STATES - Tags: POLITICS …

Acara yang akan diadakan di Ruang Makan Malam Kenegaraan itu akan menjadi iftar keempat yang digelar oleh Obama.
Ini melanjutkan tradisi penyelenggaraan iftar tahunan yang dimulai sejak pemerintahan Bill Clinton dan dilanjutkan oleh Presiden George W. Bush.
Tamu undangan termasuk pejabat pemerintahan, pemuka agama dan pemimpin akar-rumput dalam komunitas Muslim Amerika dan pemimpin dari berbagai macam keyakinan dan anggota korps diplomatik.
Pada awal bulan Ramadhan lalu, Presiden Obama juga mengucapkan selamat Ramadhan kepada selarah umat muslim di dunia.
Presiden Obama mengatakan, "Atas nama bangsa Amerika, Michelle dan saya sendiri – saya menyampaikan ucapan selamat yang sehangat-hangatnya kepada segenap Muslim Amerika dan Muslim di seluruh dunia dalam menjalani bulan suci Ramadhan. Bagi Muslim, Ramadhan adalah saat untuk berpuasa, berdoa, dan merenung; saat untuk bergembira dan berpesta. Waktunya untuk menghargai keluarga, sahabat, dan tetangga serta menolong yang membutuhkan."
Presiden Obama juga menambahkan, "Di Amerika, Ramadhan mengingatkan kita bahwa Islam adalah bagian dari bangsa kita, dan dari layanan publik ke bisnis, dari layanan kesehatan dan sains ke seni – Muslim Amerika turut memperkuat negara dan memperkaya kehidupan kita."
Subhanallah Islam Berkembang Pesat Di Eropa dan Amerika
JAKARTA, Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Eropa dan Amerika.  Islam kini makin mendapat tempat di hati masyarakat Eropa dan Amerika. Sejak menyebarnya Islam ke Eropa pada abad ke-7 Masehi melalui Andalusia (Spanyol) oleh pasukan Thariq bin Ziyad, panglima tentara dari Dinasti Bani Umayyah, benua putih dan biru itu seakan menjadi lahan subur penyebaran dakwah dan syiar Islam.
Dalam 30 tahun terakhir, jumlah kaum Muslimin di seluruh dunia telah meningkat pesat. Sebuah angka statistik menunjukkan, pada tahun 1973 penduduk Muslim dunia sekitar 500 juta jiwa. Namun, saat ini jumlahnya naik sekitar 300 persen menjadi 1,57 miliar jiwa. Tercatat, satu dari empat penduduk dunia beragama Islam.

Data ini diungkapkan oleh Pew Research Center, sebuah kelompok pencari fakta Amerika yang menyediakan informasi mengenai isu, sikap, dan tren yang membentuk Amerika dan dunia melalui sebuah jajak pendapat publik. Dalam studinya yang berjudul "Memetakan Populasi Muslim Global: Sebuah Laporan Tentang Jumlah dan Distribusi Populasi Muslim Dunia", kelompok ini mengindikasikan bahwa seperlima kaum Muslim (300 juta) tinggal di negara-negara non-Muslim.

Hasil studi yang dirilis akhir tahun lalu ini juga menemukan bahwa Eropa memiliki sedikitnya 38 juta Muslim yang membentuk lima persen dari total populasi benua tersebut. Sebagian besar terkonsentrasi di Eropa Tengah dan Timur. Rusia memiliki lebih dari 16 juta Muslim, dan terbesar di Eropa. Menurut studi tersebut, Jerman memiliki pemeluk Muslim sebanyak 4,5 juta, Prancis sebesar 3,5 juta jiwa, Inggris sekitar dua juta orang, dan Italia sebanyak 1,3 juta jiwa.

Sisanya tersebar di beberapa negara Eropa lainnya seperti Portugal, Swedia, Belanda, Swiss, Belgia, dan lainnya. Namun demikian, jumlah ini diperkirakan bertambah lagi. Sebab, sebuah hasil studi di Rusia menyebutkan, jumlah pemeluk Islam di negara Beruang Merah tersebut mencapai 25 juta jiwa dari total populasi yang mencapai 145 juta jiwa.

Studi tersebut mengatakan bahwa hampir 46 juta Muslim berada di benua Amerika. Di negara super power, Amerika Serikat, agama Islam dipeluk oleh sekitar 2,5 juta orang. Sementara itu, di Kanada jumlah pemeluk Islam mencapai 700 ribu orang. Tak jauh berbeda dengan Argentina. Umat Islam di negara Tango itu mencapai 800 ribu orang, dan merupakan pemeluk Islam terbesar di Amerika Selatan. Sementara itu, di Suriname, pemeluk Islam mencapai 16 persen dari total penduduknya, dan menjadi populasi Muslim terbesar di benua Amerika.

Data yang disampaikan oleh pihak Pew Research Center mengenai populasi Muslim di Barat, terutama di Eropa dan AS itu bertolak belakang dengan perhitungan yang biasanya dilaporkan oleh organisasi-organisasi Muslim di kawasan-kawasan tersebut. Muslim di AS, misalnya, secara umum diyakini berjumlah lebih dari tujuh juta sementara Prancis lebih dari enam juta.

Faktor pemicu

Peningkatan umat Islam yang demikian pesat itu, bukan saja karena disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di negara-negara Muslim, tapi juga bertambah jumlah orang-orang yang memeluk Islam (mualaf). Hal ini merupakan suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Ketertarikan secara alamiah dan rasa ingin tahu yang mendalam, telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.

''Alhamdulillah, kondisi umat Islam di AS baik-baik saja. Umat Islam terus bertambah banyak di sini, baik sebelum maupun sesudah peristiwa 11 September 2001,'' ujar Mohammad Kudaimi, anggota Nawawi Foundation, sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS).

Menurut pria keturunan Suriah ini, dalam lima tahun terakhir ini, agama Islam menjadi agama yang paling cepat perkembangannya di bandingkan dengan agama lainnya. Ia mengatakan, setiap harinya selalu ada warga negara non-Muslim AS yang memeluk Islam. Kondisi serupa juga terjadi benua Eropa dan kawasan Amerika lainnya. Menurut laporan surat kabar Times, setelah peristiwa 11 September, agama Islam mendapatkan perhatian besar dari kalangan warga kulit putih Inggris yang berekonomi kuat dan berpendidikan. Peristiwa itu, bukannya membuat makin besar stigma negatif, tetapi makin menambah jumlah anak-anak muda dan peneliti yang termotivasi untuk mempelajari Islam. Bahkan, mereka makin tertarik dan Akhirnya memeluk Islam.

Di Belgia, agama Islam terus menunjukkan eksistensi yang semakin kuat, walaupun kebencian terhadap umat Islam, sudah tak lagi sebatas retorika, kebijakan, atau kecaman, melainkan mengarah pada kebencian dan Islamophobia. Di negara berpenduduk 10 juta jiwa itu kini menjadi tempat bermukim sekitar 628.751 umat Muslim, atau enam persen dari populasi.

Jumlah pemeluk Islam yang terus berkembang, menyebabkan perubahan secara demografi. Di banyak wilayah, penduduk Muslim sudah lebih banyak ketimbang pemeluk Kristen Protestan dan Yahudi. Majalah terkemuka L'Express dalam sebuah artikelnya, bahkan berani memprediksikan bahwa dalam 20 tahun ke depan, Islam bisa menjadi agama dominan di ibu kota Brussel, Belgia.

Para sosiolog di Belgia mencatat, pada awal tahun 2000, jumlah umat Muslim di kota itu mencapai 17 persen dari populasi. Tapi di tahun 2008, menurut Oivier Servais, dari Laboratory for Prospective Anthropology di UCL, angkanya sudah mencapai 33,5 persen dari populasi, naik hampir dua kali lipat. Di kota ini, sebanyak 33,5 persen penduduknya atau sekitar 350 ribu orang dari 1,1 juta jiwa, memeluk Islam. Subhanallah.
Sumber Republika.Co.Id

Perguruan Tinggi AS Boikot Israel




WASHINGTON - Perguruan tinggi AS telah bergabung dengan kampanye internasional memboikot produk-produk Israel untuk memprotes kebijakan perampasan tanah ilegal Tel Aviv dan penghancuran rumah di tanah Palestina.

The Flaming Eggplant, sebuah kafe yang dikelola mahasiswa di Evergreen State College di Olympia di Washington, telah mengumumkan bahwa siswa telah memilih untuk memboikot produk Israel dari pemukiman ilegal Yahudi di tanah Palestina yang diduduki untuk mengakhiri keterlibatan perguruan tinggi mereka dalam pelanggaran Israel atas hak warga Palestina, menurut Olympiabds.org.

Para siswa mengatakan membeli barang-barang Israel bertentangan dengan misi mereka untuk ''mendukung partisipasi politik dan aksi langsung untuk menciptakan masyarakat yang adil dan egaliter.''

''Kami bangga untuk bergabung dengan gerakan tanpa kekerasan untuk menekan Israel agar mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Palestina,'' kata mereka dalam sebuah pernyataan.

The Flaming Eggplant adalah bisnis yang paling terakhir yang bergabung dengan gerakan internasional Boikot Divestasi, dan Sanksi (Boycott, Divestment and Sanctions - BDS) melawan produk-produk Israel dari pemukiman Yahudi.

Mahasiswa universitas di AS, Inggris, dan Belgia juga menyerukan boikot pada akademik Israel atas perlakuan buruk Tel Aviv pada tahanan Palestina, memperluas pemukiman Yahudi ilegal di tanah yang diduduki, dan meneror Gaza.



http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/07/m57znj-perguruan-tinggi-as-boikot-produk-israel 


Minggu, 29 Juli 2012

KAWASAN TIMUR TENGAH

Source Anas

1. Ciri-ciri kawasan Timur Tengah yaitu:

a) Kawasan Timur Tengah terbagi menjadi 3 himpunan negara Arab yaitu Republik Inti Arab (Mesir, Irak, Suriah), Republik Arab Pinggiran  (Libia. Lebanon, Yaman) dan Monarki Arab (Saudi Arab, Kuwait, Yordan, Oman, Qatar, Bahrain, Emirat Arab, Tunisia. Politik luar negeri Republik Inti Arab memepengaruhi peta politik yang menentukan timur tengah. Dan di Republik Arab Pinngiran krisis yang berdasarkan atas nama demokrasi tidak menentukan timur tengah.

b) Timur Tengah adalah rumah bagi banyak orang yang berbeda dengan berbagai bahasa, agama, dan tradisi. Arab (orang yang bahasa Arab) adalah kelompok mayoritas di negara-negara Timur Tengah tetapi Timur Tengah juga rumah bagi kelompok lainnya seperti Iran, Turki dan Kurdi. Agama-agama besar di Timur Tengah yaitu Islam, Kristen dan Yahudi dengan bahasa yang berbeda seperti: Arab, Turki, Ibrani, Kurdi dan Persia.

c) Di kawasan Timur Tengah adanya kota-kota suci seperti Mekah, Madinah, Yerusalem (Al-Quds) , Karbala dan Qom. Kawasan timur tengah merupakan kawasan tempat lahirnya 3 agama besar: yahudi, Kristen dan islam. Mayoritas penduduk yang menganut agama islam  sekitar 90-93%,  sedangkan 6=9%  menganut agama Kristen, dan 1,5 % menganut yahudi.

d) Di dunia Barat, Timur Tengah umumnya dianggap sebagai sebuah komunitas Arab mayoritas beragama Islam yang didefinisikan oleh perang sering meskipun kriteria tersebut tidak akan diterapkan ke semua negara di kawasan. Kelompok-kelompok etnis di wilayah mungkin termasuk Afrika, Arab, orang-orang Asyur, Armenia, Azerbaijan, Berber, Babel, Druze, Yunani, orang Yahudi, Kurdi, Maronit, Persia, Tajik dan Turki. Kelompok-kelompok bahasa utama termasuk: bahasa Arab, Persia, Turki, Kurdish, Azeri, Armenia, Asiria (juga dikenal sebagai bahasa Aram, Syria), Urdu (Timur Tengah lebih besar) dan Ibrani. Adjektif sesuai adalah Timur Tengah dan benda turunan adalah tengah-timur.

e) Negara Timur Tengah memiliki sejumlah mengatur sistem, termasuk tradisional Nusantara, Republik otokratis, dan semi Serikat otoriter yang memungkinkan untuk beberapa derajat pluralisme politik. Sebagai akibatnya, Timur Tengah tetap menjadi salah satu daerah yang paling sulit di dunia untuk memajukan demokrasi. Godaan untuk merangkul nasihat untuk kebijakan luar negeri realisme dan strategi keseimbangan kekuasaan riil politik yang akan fokus lebih pada menjamin stabilitas dan kurang pada pemerintah demokratis kinerja dan hak asasi manusia praktik mungkin kuat. Gagasan bahwa Amerika Serikat harus memilih antara mencapai stabilitas atau mempromosikan demokrasi dan kebebasan di Timur Tengah adalah salah satu yang palsu, dan pemerintahan baru memiliki kesempatan yang efektif untuk bergerak di luar itu.

f) Kawasan Timur Tengah terkenal dengan cadangan minyak bumi yang melimpah

2. Bentuk pemerintahan pemerintahan republik dan monarki mempunyai perbedaan pada kepala negaranya, yaitu: dikatakan monarki jika kepada negaranya berdasarkan turun menurun dan republik jika kepala negaranya dipilih bukan berdasarkan keturunan.

Sistem politik Arab Republik dibedakan menjadi  yaitu:

a) Republik Absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada batasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaanya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini parlemen memang ada namun tidak berfungsi.
Adapun bentuk Arab Monarki ini yaitu:

b) Monarki Absolut, adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja, ratu, syah atau kaisar yang kekuasaan dan wewenangnya tidak terbatas. Perintah raja merupakan hokum dan undang-undang yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh rakyatnya. Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif yang menyatu dalam ucapan dan perbuaannya. Dalam hal politik, system monarki absolute mempunyai kekuasaan mutlak dalam pengambilan keputusan. Dimana partisipasi politik telah sangat dibatasi. Meskipun Barat telah masuk dalam kehidupan Arab Saudi, aturan politik monarki tetap merupakan titik penting dari legitimasi dan stabilitas bagi rezim dalam kerajaan. Meskipun pengambilan keputusan tetap dibantu oleh dewan konsultatif dan Dewan Menteri tetapi dalam prakteknya kewenangan raja tidak mungkin terbantahkan. Tetapi dalam sistem ini bukan berarti tidak ada demokrasi sama sekali, untuk Raja dan Pemerintahan juga harus mempertimbangkan banyak opini publik.

c) Monarki Konstitutional, adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaanya dibatasi oleh undang-undang dasar (konstitusi). Proses monarki konstitutional yang pertama adalah adakalannya proses monarki itu datang dari inisiatif raja itu sendiri, karena ia takut kekuasaanya akan runtuh atau dikudeta, Yang kedua yaitu adakalanya prpses monarki konstitutional itu terjadi karena adanya revolusi rakyat terhadap rajanya.

d) Monarki Parlementer, adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Jatuh tegaknya pemerintah bergantung pada kepercayaan parlemen kepada para menteri. Dalam monarki parlementer kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet (perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Raja tidak memegang pemerintahan secara nyata, tetapi para menteri yang bertanggung jawab atas nama dewan maupun sendiri-sendiri sesuai tugas masing-masing.

3. Kawasan Timur Tengah sarat dengan konflik yang seolah-olah tidak pernah kering karena:

a) Kawasan Timur Tengah secara geografis memiliki letak sangat strategis dimana menjadi pertemuan dari tiga benua yaitu Eropa, Asia, Afrika. 60 % dari pasokan minyak dunia berasal dari Timur  Tengah bahkan 70 % dari kebutuhan minyak di kawasan Eropa berasal dari wilayah ini. Kawasan Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki arti strategis penting tidak hanya bagi negara-negara yang terletak di wilayah tersebut tetapi juga negara-negara yang erletak di luar wilayah, dalam hal ini adalah negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Inggris.2 Arti strategis wilayah Timur Tengah seringkali memiliki kaitan erat dengan persoalan sumber energi seperti minyak dan gas. Faktor ini dapat dikatakan sebagai komponen penting geopolitik Timur Tengah modern. Berlimpahnya sumber daya energi di kawasan ini mengundang berbagai kepentingan negara-negara eks kekuatan imperial dan negara superpower. Dengan demikian, berbicara mengenai permasalahan-permasalahan Timur Tengah juga berbicara mengenai kepentingan-kepentingan tidak hanya negar-anegara di wilayah tersebut, tetapi juga negara di luar wilayah Timur Tengah.

b) Konflik Timur Tengah sarat dengan kepentingan barat. Konflik demi konflik melanda sebagian besar negara-negara di Timur Tengah khususnya yang mempunyai cadangan minyak mentah dalam jumlah besar. Ini ditengarai akibat tindakan-tindakan tidak mendasar negara barat. Sistem pemerintahan di sana tidak mengekang keterbukaan, HAM, dan demokrasi bagi masyarakatnya. Kalau secara umum sebetulnya tidak termasuk Libya. Sesungguhnya dari sisi ekonomi Khadafi sudah melakukan banyak perbaikan-perbaikan begitu juga untuk aspirasi-aspirasi. Khadafi sudah mencoba untuk memperbaiki itu dengan bertahap. Mungkin, sebelum-sebelumnya pengekangan itu terjadi, tetapi belakangan Khadafi sudah mulai terbuka. Tetapi bagaimanapun juga pasti ada saja orang-orang yang tidak puas. Mereka ini merasa masih ada tekanan-tekanan, sehingga mereka inilah yang mencoba untuk bangkit. Informasi yang saya peroleh, di sana itu tidak ada partai oposisi. Kalau ada konflik hanya lebih mengarah pada masalah suku.

Di satu sisi ada upaya masyarakat setempat untuk menuntut perbaikan. Itu sejalan dengan semangat yang ada di negara-negara lainnya dalam hal mendapatkan keterbukaan, arus demokrasi, dan HAM. Sekarang juga kita bisa melihat bahwa ini tidak selamanya murni dari masyarakat, tetapi ada campur tangan pihak-pihak yang bekepentingan ikut di dalamnya.

Seperti contoh kejadian di Irak sebelumnya, yang pada akhirnya Irak diporak-porandakan dengan alasan senjata pemusnah massal. Ironisnya, ternyata tidak ditemukan dan bahkan belakangan Amerika juga sudah mengakui bahwa tidak ada senjata itu. Hanya saja kejadian itu bertemu dengan keinginan sebagian rakyat Irak yang menuntut demokrasi. Jadi, soal campur tangan negara-negara barat tak lepas dari kepentingan-kepentingan ekonomi minyak mereka. Misalnya, kalau Khadafi yang tetap berkuasa mungkin saja negara-negara barat merasa kesulitan sehingga mereka bernafsu untuk menurunkan Khadafi dan menaikkan orang-orang yang mereka mampu kendalikan dan bekerja untuk kepentingan mereka.

Negara-negara barat yang dimotori Amerika Serikat dalam melancarkan serangan ke Libya untuk membantu warga-warga yang masih merasa terkekang agar bisa bangkit mendapatkan hal-hal yang diinginkan. Dan kita lihat tindakan itu berlebihan. Kalau memang negara-negara barat ingin membantu masyarakat, harusnya dari awal mereka masuk dan mencoba untuk melakukan negosiasi. Sebab, dengan penyerangan membuat banyak korban jatuh dan infrastruktur rusak. Ini menandakan bahwa serangan Amerika dan sekutunya itu sarat kepentingan, dan saya kira semua orang tahu itu. Alasan membela rakyat, saya kira itu hanya sebagai tameng saja untuk memuluskan rencana mereka. Ini yang kita sangat sayangkan.

c) Adanyak konspirasi AS. Intelijen - AS selaku konsumen utama minyak Timur Tengah tentunya berkepentingan dengan kondisi Timur Tengah, sehingga mau tidak mau harus ikut campur di masalah demokratisasi di kawasan Timur Tengah untuk menjaga kepentingannya. Setidaknya AS memiliki dua kepentingan besar di kawasan Timur Tengah, yaitu pasokan minyak dan mengamankan berdirinya Israel sebagai negara utuh. Dua hal tersebut tidak bisa ditawar-tawar lagi.Hal ini dapat dilihat dari rentang waktu AS yang mulai berkoar tentang penegakan demokrasi di Mesir, lalu merembet ke negara lainnya di kawasan Timur Tengah di tengah melambungnya harga minyak dunia.

Namun untuk mendukung dua rencana besar itu, tentunya ada syarat yang wajib dipenuhi, yakni adanya keseimbangan kekuasaan baru di Timur Tengah. Sebab kondisi Timur Tengah  sebelum konflik terjadi tidak membuat AS bebas menancapkan pengaruhnya, khususnya adanya perlawanan dari Iran. Menurut sumber INTELIJEN, keterlibatan AS di konflik Timur Tengah dilakukan dengan cara menyusupkan agen intelijennya dibeberapa organisasi pergerakan, termasuk di kelompok Islam garis keras.

Informasi ini diperoleh dari kejadian penyerangan personel kedutaan besar Rusia oleh petugas keamanan Qatar, sepulangnya dari pulang dari Suriah, yang konon didalangi CIA dan MI6 yang mengincar tas diplomat Rusia yang berisikan anggota Al-Qaeda didikan CIA. Kabarnya, anggota Al-Qaeda didikan AS tersebut, adalah agen yang disusupkan CIA ke Libya untuk menggulingkan Khadafi dan menimbulkan kekacauan di Suriah untuk mengobarkan perlawanan terhadap Assad.

Tidak lama dari kejadian penyerangan terhadap diplomat Rusia oleh personel keamanan Qatar, pecah konflik Libya dan kekacauan di Suriah. Di Libya, saat Qatar sedang diskenariokan sebagai pusat negara-negara Arab, Inggris dan Perancis yang merupakan anggota NATO diutus untuk menangani peperangan (setidaknya perang di media) oleh Washington.

Sedangkan di Suriah, AS menyerahkan kampanye demokratisasi kepada Perancis, Jerman dan Turki, sambil menskenariokan agar Qatar, Arab Saudi dan Yordania menjadi pemain sentral di masa depan di kawasan Timur Tengah. Untuk melancarkan rencananya, AS juga menggerakan Angkatan Darat Suriah ke perbatasan Suriah-Turki. Sementara itu, disaat bersamaan, NATO menerobos wilayah udara Suriah dari Pangkalan Udara Incirlik dekat provinsi Adana, dengan tujuan menempatkan peralatan mata-mata. Disebarnya alat mata-mata dan agen ini bertujuan untuk mengawasi Lebanon dan Iran. Di Lebanon sendiri banyak terdapat mata-mata Israel dan AS, yang menerima perintah langsung dari Kedutaan Besar AS di Beirut.

Contoh lain keterlibatan AS dalam menyeting konflik Timur Tengah adalah konflik Mesir. Di negara yang terkenal dengan Piramida Giza-nya, AS berperan besar di belakang layar agar militer Mesir tidak menembaki demonstran yang turun ke jalanan. Hal itu dimungkinkan karena Paman Sam memang dikenal dekat dengan militer Mesir. Tidak hanya masalah minyak dan Israel, kepentingan AS di kawasan Timur Tengah adalah untuk menjual persenjataan dan pelatihan militer. Semua kepentingan itu dibungkus dengan kedok meningkatkan hubungan kerjasama dan membangun demokrasi.

Akan tetapi, tujuan utama dari kerjasama militer dan penjualan senjata itu adalah untuk mendukung rezim berkuasa yang didukung AS. Adanya konflik yang timbul akibat semangat demokrasi, kelompok-kelompok yang ada di negara-negara Timur Tengah yang berhasil menumbangkan rezim otoriternya tentu akan merebutkan kekuasaan, yakni kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin dan kelompok liberalis yang mendapat dukungan dari AS. Hal ini memaksa kelompok Islam garis keras yang menentang AS, untuk mengakui dan menerima kehadiran AS di negaranya. Karena jika memaksakan kehendaknya, maka yang terjadi adalah konflik berkelanjutan yang berakibat pada perpecahan negara.



4. Rencana Zionis terhadap Kawasan Timur Tengah:

a) "Zionisme" berasal dari "Sion," (diucapkan "Tzyion" dalam bahasa Ibrani) sebuah bukit di Yerusalem. Kata berarti "penanda" atau peringatan. "Shivath Tzion" adalah salah satu persyaratan tradisional untuk kembali di pengasingan Yahudi. Menurut M. Amien Rais, isu untuk kembali ke tanah Palestina, menimbulkan dua kelompok di kalangan Yahudi, yaitu Zionisme Politik dan Zionisme Kultural/Spiritual. Zionisme Politik diwakili oleh Herzl, Moshe Lilienblum, Leo Pinsker, Chaim Weizmann, Jabotinsky, Menachem Begin, Moshe Dayan, dan Yitzhak Shamir. Sedangkan, kalangan Zionisme Kultural yang menentang ide itu diwakili oleh Ahad Ha-am, Judas Magnes, Martin Buber, Hans Kohn dan fisikawan Albert Einstein.

Metode mengambilan tanah Palestina menurut kelompok pertama adalah dengan tiga cara. Pertama, wilayah tersebut harus direbut dari tangan orang-orang Arab. Caranya adalah dengan memperoleh tanah seluas mungkin di Palestina. Kedua, penduduk Arab harus diusir dari tanah airnya ke negara-negara Arab.[14] Sensus Inggris pada 1922 mencatat ada 660.641 orang Arab dan 83.790 orang Yahudi di Palestina. Untuk membalik ini, maka seperti juga menurut ZA. Maulani, yaitu dengan “Yahudinisasi Palestina” dan imigrasi besar-besaran ke Palestina. Ketiga, dengan menteror secara sistematik. Fungsi ini dipahami oleh para tokoh Zionis sebagai cara paling gampang dan murah untuk menghabisi nyali Bangsa Palestina.

Sedangkan kelompok kedua yang menentang pandangan diatas, memiliki tiga alasan. Pertama, sangat immoral bila kaum Yahudi mendesak dan mengusir bangsa Palestina yang notabene tanah itu adalah tanah air sah Palestina. Kedua, bila Zionisme menekankan hak historis bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina, maka bangsa Arab Palestina pun punya hak historis yang harus dihormati. Ketiga, pemecahan adil bagi konflik Israel-Palestina adalah dengan mendidikan sebuah bi-national state, yaitu negara dengan dwi-kebangsaan tempat orang Yahudi dan Arab hidup berdampingan secara damai.

Hal yang terpenting ialah disepakati bahwa Zionisme merupakan suatu gerakan yang bertujuan mendirikan ''perumahan'' bagi bangsa Yahudi di Palestina melalui jalan hukum. Untuk itu dirumuskan empat tujuan pokok sebagai berikut: Pertama, memajukan tanah Palestina dengan hasil karya petani, seniman, dan pedagang Yahudi. Kedua, mengorganisasikan dan mempersatukan semua bangsa Yahudi dengan berbagai cara yang tepat sesuai dengan kondisi lokal dan sesuai dengan aturan umum yang berlaku di masing-masing negara. Ketiga, memperkuat rasa kebangsaan dan rasa kesadaran nasional Yahudi. Keempat, mempersiapkan berbagai tindakan dalam upaya mendapatkan izin pemerintah yang diperlukan bagi dicapainya tujuan Zionisme.

Saat ini gerakan zionisme bukan lagi berkutat pada ranah keagamaan, akan tetapi telah beralih ke makna politik. Maksudnya adalah “Suatu gerakan pulangnya ‘diaspora’ (terbuangnya) kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah air bangsa Yahudi, dengan Jerusalem sebagai ibukota negaranya.”

b) Zionis adalah bagian besar dari hegemoni barat untuk mengontrol Timur Tengah. "Mengapa  Zionis Israel ada di Timur tengah? Tentu untuk mendapatkan kontrol atas minyak, pemberontakan  dan revolusioner di Timur Tengah.

5. Peta politik Timur Tengah:
Revolusi yang melanda negara-negara Timur Tengah berimplikasi pada berubahnya peta politik di kawasan tersebut. Dimulai dari rezim Ben Ali di Tunisia yang telah berkuasa selama 23 tahun, lalu disusul dengan tumbangnya Husni Mubarok di Mesir yang telah berkuasa selama kurang lebih 33 tahun. Kemudian  revolusi merambah ke Libya dan berhasil meruntuhkan rezim Khadafi yang telah berkuasa selama 33 tahun. Hingga akhirnya gelombang revolusi dapat melengserkan rezim Ali Abdullah Saleh di Yaman. Bahkan, angin revolusi tersebut disinyalir akan berhembus lebih kencang lagi sampai menerpa Suriah, Jordania dan Bahrain. Berbagai media massa menyebut fenomena tersebut sebagai sebuah gelombang demokratisasi baru yang pernah melanda dunia. Sejak revolusi Tunisia yang menumbangkan Presiden Ben Ali, kemudian Mesir hingga jatuhnya neo-Firaun, Husni Mubarak, pada Jumat 10 Februari 2011, selanjutnya beresonansi ke sejumlah negara-negara Timur Tengah lainnya, seperti Libya, Yaman, Bahrain, Suriah, dan Arab Saudi, geopolitik semenanjung Arabia ini berubah total.

Bahkan, Israel dibuat panik hingga PM Benjamin Netanyahu harus mondar-mandir ke Gedung Putih guna membahas revolusi negara-negara petrodinar ini. Membaca perjalanan politik Timur Tengah, terdapat tiga faktor yang mewarnai peta politik kawasan ini; penguasa, dominasi negara, dan gerakan civil society.

Menelusuri sejarah politik Timur Tengah dihadapkan pada ensiklopedi para pemimpin yang berkuasa lama dan otoriter. Gaya otoriter tersebut sebetulnya didukung karena tampuk kepemimpinan yang mereka peroleh dengan kudeta, hingga melahirkan sikap paranoid terhadap isu-isu keamanan negara, seperti kasus Husni Mubarak di Mesir, Muamar Qadafi di Libya, Ali Abdullah Saleh di Yaman, dan Abdul Aziz ibn Sa'ud raja pertama Arab Saudi.

Yang menarik, Husni Mubarak selama periode kepemimpinannya tidak memiliki seorang wakil presiden. Dialah satu-satunya presiden di dunia yang tidak mengambil seorang wapres. Boleh jadi, Mubarak khawatir sejarah para pendahulunya yang tewas lalu digantikan oleh wakilnya, seperti Wapres Gamal Abdul Naser yang jadi pemimpin Mesir menggantikan presiden yang tewas ketika itu. Begitu pula Wapres Anwar Sadat yang naik menjadi presiden menggantikan Gamal Abdul Naser yang tewas.

Keruntuhan para tiran di timur Tengah ini ditunjukkan dengan berhasilnya digelar pemilu perdana di Tunisia. Tunisia merupakan negara pertama yang menyelenggarakan pemilu pasca revolusi. Hasil akhir perhitungan suara menunjukkan partai An-Nahdhah memperoleh suara signifikan dengan meraih 89 kursi dari 217 kursi yang diperebutkan mengungguli partai lainnya seperti Partai Kongres (CPR) yang memperoleh 29 kursi dan Ar-Ridha Asy-Sya’biyyah dengan 26 kursi. An-Nahdhah merupakan partai berasaskan Islam yang didirikan oleh Rashid Al-Ghannushi pada tahun 1981 terinspirasi oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna pada tahun 1928. Disamping itu agenda politik partai An-Nahdhah yang sesuai dengan agenda revolusi Tunisia dalam memberantas korupsi dan pemulihan krisis ekonomi menjadikan partai ini banyak dipilih rakyat selain daripada coraknya yang Islami namun moderat.  Aksi massa dan kerusuhan di beberapa negara kawasan Timur Tengah telah berhasil meruntuhkan para tiran yang telah berkuasa cukup lama

Mesir pun menggelar pemilu yang diselenggarakan sejak 28 November 2011. Hasil akhir pemilu untuk memilih majelis rendah (Majlis Asy-Sya’biyyah yang diumumkan Komisi Pemilu Mesir pada 21 Januari 2012 menunjukkan kemenangan partai-partai Islam. Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) yang merupakan representasi dari Ikhwanul Muslimin memperoleh 235 kursi atau 47,18 persen. Partai An-Nur dari kalangan Salafi memperoleh 121 kursi. Sedangkan partai Al-Wafd yang berhaluan liberal hanya memperoleh 42 kursi. Sementara partai aliansi Mesir meraih sekitar 33 kursi. Keberhasilan FJP tersebut merupakan yang pertama kali dalam sejarah politik mesir sejak gerakan Ikhwanul Muslimin dilarang terjun dalam kancah politik. Dengan kemenangan tersebut FJP pun mempunyai peluang untuk menggolkan Khairat As-Satir, tokoh yang diusungnya sebagai presiden Mesir pada Pemilu presiden bulan Mei.

Situasi ini dinilai salah satu faktor mulai berkembangnya demokrasi di kawasan tersebut. Revolusi yang melanda Timur Tengah telah merubah peta politik di kawasan tersebut. Banyak partai-partai islam muncul sebagai kekuatan baru di pentas politik regional. Partai-partai Islam seperti An-Nahdhah di Tunisia, Partai Kebebasan dan Keadilan yang merupakan representasi dari Ikhwanul Muslimin Mesir secara signifikan meraih suara pada pemilu yang diselenggarakan tahun 2011 lalu. Meskipun ada beberapa negara seperti Libya, Suriah, Bahrain, dan Yaman yang belum menyelanggarakan pemilu di negaranya, tapi menguatnya pengaruh Islam sudah bisa dirasakan.

Revolusi Timur Tengah terjadi bukan karena melemahnya kekuasaan dan kesaktian penguasa-penguasa negeri tersebut. Revolusi terjadi karena efek domino kediktatoran mereka. Revolusi Timur Tengah ini berbeda dengan revolusi Timur Tengah sebelumnya. Revolusi kali ini berangkat dari akar rumput, bukan dari elite. Dulu, revolusi hanya gawean elite yang ingin berkuasa, tanpa memperhatikan keadilan dan keberpihakan kepada rakyat.

Gerakan civil society yang selama puluhan tahun dikebiri, ternyata banyak mendapat simpati publik secara luas. Gerakan inilah sebetulnya yang memproduk aktivis dan militansi masyarakat Timur Tengah hingga melahirkan  people power yang telah menumbangkan Ben Ali, Husni Mubarak, dan sebentar lagi Muamar Qadafi, pemimpin Libya.

Tidak bisa dimungkiri lagi, gerakan seperti Ikhwanul Muslimin, Hamas, Anshar Sunnah, Hizbut Tahrir, dan Hizbullah merupakan embrio sekaligus aktor penting lahirnya people power Timur Tengah. Keberadaan Ikhwanul Muslimin tidak bisa dipandang sebelah mata.  Sebagai suatu organisasi, IM tidak lepas dari friksi internal, Hizbut Tahrir salah satunya. Ikhwanul Muslimin dengan segenap produk organisasi turunannya merupakan representatif gerakan sosial politik kaum Suni moderat, mengingat dalam friksi Suni lain, sebut saja Anshar Tauhid, representatif Suni 'fundamentalis'.

Bukan hanya Suni, gerakan politik Syiah pun mewarnai sosial politik Timur Tengah. Siapa yang sanggup memukul mundur tentara Zionis Israel dari perbatasan Israel-Lebanon kalau bukan Hizbullah pimpinan Hasan Nashrullah. Gerakan politik Syiah di Timur Tengah berkembang pesat akhir-akhir ini di Lebanon, Irak, Bahrain, dan tentunya Iran sebagai promotornya.

Sangat sulit dikatakan bahwa gerakan tersebut dalam revolusi Timur Tengah sebagai second contribution. Justru gerakan organisasi Islam politik di ataslah yang sebetulnya pencetus lonceng revolusi. Karena itu, wajah geopolitik Timur Tengah ke depan tidak lain adalah pertarungan gerakan politik Islam tersebut yang akan mendominasi warna negara.

Namun, ada yang paling penting dari sekadar pertarungan itu semua, yaitu sulitnya Israel mengondisikan Timur Tengah ke depan, mengingat beberapa kurirnya sudah tumbang, ditambah lagi gerakan Islam politik yang tampaknya akan menjadi sutradaranya.



SUMBER       :
·         Sihbudi, Riza, Menyandera Timur Tengah, 2007, Jakarta: PT Mizan.
·         Priyatna, Haris, Kebiadaban Zionis Israel, 2008, Bandung: PT Mizan Pustaka
·         Sihbudi, Riza, Indonesia dan Timur Tengah: Masalah dan Prospek, 1997, Jakarta: Gema Insani Press.
·         Susan M. Pojer. The geography of the middle east.
·         Regionalisme di Timur Tengah
·         Characteristics Middle East
·         Characteristics of the Middle East
·  Cultural Characteristics of the Middle East
·         Konflik Timur Tengah Sarat Kepentingan Barat
·         Konflik Timur Tengah Meluas
·         Momentum Bangun Demokrasi
·         Geopolitik
·         Zionisme Gerakan Menaklukan Dunia
·         Zionisme dan Perkembangannya
·         Zionis Yahudi, Berbedakah?
·         Inilah Akar Zionisme
·         Zionimse Bertujuan Kontrol Timur Tengah
·         zionism
·         Kajian Timur Tengah
·         Perbedaan Sistem Politik berbagai Negara
·         Pasca Revolusi Peta Politik Timur Tengah
·         Peta Baru Politik Timur Tengah
·         Catatan Politik Timur Tengah.
·         Demokratisasi dan Fenomena Kebangkitan Politik Islam di Timur Tengah
·         Sistem Pemerintahan diberbagai Negara
·         Sistem Monarki di Arab Saudi

Bombardir di Suriah


Aleppo – Di bulan Ramadhan 1433 Hijriah ini kita patut bersyukur dapat menjalankan ibadah puasa dan sholat serta kewajiban lainnya. Lantas bagaimana dengan saudara dan saudari Muslim di Suriah kota Aleppo, Pemerintah Suriah menerjunkan pasukannya yang semakin beringas membombardir kota dengan persenjataan berat tanpa perduli perintah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini.
Dari data yang diambil dari kantor berita asing, pada Sabtu (28/7) kemarin pasukan dengan persenjataan berat menghantam pusat kota Aleppo, peluru tajam berhamburan di jalan utama kota dari tank-tank para pasukan tentara yang menyerang secara brutal penduduknya sendiri.
Pengamat Hak-hak asasi Suriah (SOHR) yang berbasis di Inggris mengatakan Tentara Suriah seolah ditumpahkan ke barat daya kota Aleppo kemarin. Pertempuran sengit yang terjadi itu, menurut aktivis SOHR Rami Abdel Rahman kepada AFP, “perlawanan baru dimulai” oleh para pemberontak. SOHR melaporkan komandan pemberontak menjadi salah satu korban yang tertembak pada pertempuran di hari itu. Juga dilaporkan 10 orang tentara Suriah menemui ajal dan puluhan lainnya terluka.
Komiter Umum Revolusi Suriah, salah satu kelompok aktivis anti pemerintah Suriah, melaporkan bahwa tentara mengoyak kota Salahudin dengan persenjataan berat saat mereka merangsek masuk kawasan berpenduduk, yang dikuasai para pemberontak sejak mereka menguasai Aleppo pada 20 Juli.
Tank, helikopter dan pesawat tempur dikerahkan sejak dua hari yang lalu menembaki permukiman penduduk di kota bisnis yang dihuni 2,5 juta warga itu. Di pedesaan sekitar Aleppo, perimbangan kekuatan berubah cepat. Al Jazeera mengabarkan di Provinsi Aleppo, tentara pemberontak menguasai kota Al-Bab, sementara tentara pemerintah lari tunggang langgang.
Kantor berita pemerintah Suriah mengabarkan pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak bersenjata di Aleppo dan Latakia menewaskan dan berhasil menahan para pemberontak, meskipun tak dijelaskan berapa orang yang mengalami nasib nahas.
Rusia pada hari Sabtu mengatakan “tragedy” tengah terjadi di Aleppo, namun tentara pemerintah tak bisa berpangku tangan membiarkan para pemberontak bersenjata menduduki kota-kota penting.
Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan : “tekanan berada di pundak masing-masing pihak yang bertempur,” namun ia juga mengingatkan dukungan internasional untuk para pemberontak malah memicu pertumpahan darah.
Sementara itu Perdana Menteri Inggris David Cameron, Jumat kemarin mengatakan ketakutannya terhadap keganasan pasukan pemerintah Suriah bakal melakukan tindakan brutal di Aleppo. Cameron mengutuk serangan biadab pasukan Bashar al-Assad yang “sama sekali tak bisa diterima”.
“Rezim ini perlu menyadari bahwa serangan ini melanggar hukum, salah dan perlu dihentikan,” ujar Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di London. Ia menyatakan perkembangan di Suriah “sangat berbahaya”, karena pemerintah Suriah “membantai rakyatnya sendiri”.

Amerika Serikat juga menunjukkan keprihatinannya mengenai pertempuran terakhir yang pecah di Aleppo dan sekitarnya. Juru bicara Gedung Putih Jay Carney, Jumat kemarin mengutuk serangan pasukan Bashar al-Assad terhadap warga sipil.
Meskipun keprihatinan AS mendalam, namun pemerintah Obama belum meminta melakukan intervensi militer. Palang Merah Internasional mengalihkan stafnya dari Damaskus ke Lebanon karena situasi yang memburuk di Aleppo.
Sementara itu pertikaian sektarian kini juga melanda Lebanon, tetangga Suriah, antara kubu Islam bermazhab Sunni dan musuh bebuyutannya Islam Alawite. Delapan orang Sunni terluka di kota yang bernama Tripoli. (Dari kantor-kantor berita asing Ini).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls